Cerita dari Hutan Sulawesi

Dipublikasikan oleh admin pada

PROGRES (prakarsa konservasi ekologi regional Sulawesi) merupakan sebuah wadah bagi anak muda yang fokus untuk konservasi satwa khas di Sulawesi dan ekosistemnya, hutan Sulawesi memiliki keunikan tersendiri dimana hutannya banyak memiliki satwa endemik, satwa yang hanya ada di pulau Sulawesi ada karena pulau Sulawesi secara geografis bukan merupakan bagian dari Australia dan Asia, perbatasan ini dikenal dengan Wallacea. Alfred Russel Wallace dalam eksplorasinya tahun 1854 ke 1862 yang menemukan jika pulau Sulawesi bukan merupakan bagian dari kedua benua yang menggapitnya, saat itu ia membuat surat untuk Charles Darwin untuk mengungkap teori Evolusi ketika awal mula ia menemukan dataran Wallacea, hal ini di dasari dari penemuan satwa di pulau Sulawesi.

Diantara satwa-satwa endemik yang Sulawesi miliki adalah burung Maleo, Julang Sulwesi, Anoa dan Babi-rusa. keunik dari satwa di pulau ini karena banyak satwa yang sejenis berdasarkan spesies namun memiliki perbedaan berdasarkan bentuk tubuh yang di dasarkan batas habitat mereka, meskipun berasal dari keluarga yang sama, Progress berupaya untuk menyelamatkan satwa-satwa yang kurang di perhatikan oleh Badan Perlindungan Satwa secara khusus.  Kurangnya perhatian untuk satwa endemic yang seharusnya tidak terancam kepunahan, Progress juga memperdayakan masyarakat untuk mau turut serta dalam program-program yang Progress lakukan.

Saat ini progress mempunyai dua program utama yaitu penyelamatan Kalong Sulawesi (Acerodon celebensi)s yang merupakan satwa endemic namun tidak termasuk di lindungi, di mana Acerodon celebensis  ini memiliki banyak manfaat yang kurang diketahui masyarakat secara luas, kalong adalah hewan yang keluar di malam hari dimana saat kalong ini beraktifitas maka tidak banyak diketahui, padahal satwa yang satu ini merupakan mediator penyerbukan bagi bunga durian, kejadian ini jarang diamati oleh manusia karena dilakukan di malam hari, prosesnya  penyerbukan bunga durian yang mengalami masa penyerbukan akan di bantu oleh 2 jenis hewan mala mini, yaitu kalong hitam “pemakan buah” dan kalong Sulawesi, di mana aktifitas ini akan menentukan tingkat pruduktifitas pohon durian ketika masa panen dalam menghasilkan buah yang kemudian di konsumsi oleh manusia.

Yang kedua adalah penyelamatan kura-kura Indotestudo forstenii endemic lamban ini berdistribusi diluar kawasan konservasi, di mana ini terjadi karena over exploitasi, bentuknya yang lucu dan menggemaskan ini menyebabkan hidupnya terancam karena banyak yang ingin memilikinya sebagai hewan pliharaan. 

Hutan sebagai paru-paru dunia harus terus hidup berdampingan dengan satwa yang ada di dalamnya, satwa sebagai penghuni hutan yang akan membantu melestarikan hutan secara alami, lewat penyerbukan bunga, penyebaran bakal pohon dari biji buah, dan mengontrol kelebihan tumbuhan endemik di sebuah kawasan tertentu.

PROGRESS (prakarsa konservasi ekologi regional Sulawesi) ada dan terus berupaya umtuk menyeimbangkan antara kelestarian satwa dan hutan, menjaga kontrol kebutuhan manusia sebagai pimpinan dalam rantai kehidupan, di mana perlu adanya dukungan dan edukasi akan kelestarian untuk dan oleh masyarakat Sulawesi.

Indonesia memiliki berbagai jenis hutan diantara hutan Tropis, hutan Bakau, dan hutan Hujan yang semuanya memiliki idenditas dengan kebutuhan dan manfaatyang berbeda di tiap daerahnya.


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *