Cerita Dari Hutan Kalimantan

Dipublikasikan oleh admin pada

Oleh : Putri Hana Syafitri

Masih banyak masyarakat Indonesia yang berpikir bahwa Kalimantan masih dipenuhi oleh tutupan hutan dan memiliki sumber daya alam yang bagus. Padahal menurut datanya, di salah satu Taman Nasional yang terletak di Kalimantan Barat, TNGP (Taman Nasional Gunung Palung) menunjukkan bahwa 13% area hutan telah terdegradasi antara tahun 1990-2002 yang disebabkan oleh manusia, baik pembukaan lahan perkebunan, illegal logging, dan lainnya.

Inilah yang menjadikan ASRI, terutama Program Planetary Health, hadir untuk menjadi bagian dari penyelesaian masalah. ASRI memilih untuk banyak terlibat di dalam restorasi Taman Nasional Gunung Palung (TNGP) karena paling tinggi biodiversitasnya se-Indonesia.

“Ada 3500-4000 jenis pohon dan banyak spesies kunci di TNGP. Bahkan, 2500 jenis orangutan sudah dikenal sebagai icon khas hutan di Kalimantan.”, tutur Qothrun Izza, Koord Program Planetary Health Exchange ASRI, yang juga menjadi narasumber sesi Cerita Dari Hutan Kalimantan.

Menurut Qothrun, masyarakat yang hidup di TNGP sebetulnya tahu kenapa harus menjaga hutan mereka, tapi mereka terdesak dengan kondisi ekonomi. Survey yang dibuat oleh ASRI sebelum tahun 2007 menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat sekitar TNGP hanya sekitar Rp20.000/hari dan ini sangat dibawah standar kemiskinan dunia. Alasan mengapa mereka menebang pohon ke hutan adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Tak hanya permasalahan ekonomi, masyarakat yang hidup di sekitar TNGP juga memiliki masalah kesehatan. Fasilitas kesehatan di sana tidak memadai untuk dijangkau. Inilah alasan mengapa ASRI juga memiliki program kesehatan. Sedangkan untuk menjaga kestabilan ekonomi masyarakat, ASRI membuat training pertanian organik dan ternak kambing. Hasilnya, dalam kurun waktu 2011 hingga 2017, area hutan yang terdegradasi semakin sedikit, kesehatan masyarakat juga semakin membaik dibuktikan dengan tingkat kematian ibu dan bayi yang menurun hingga 67%.

Upaya untuk menyadarkan masyarakat untuk menjaga hutan juga dilakukan oleh INFIS, salah satu wadah yang bergerak di bidang film dokumenter yang banyak membuat karya mengenai lingkungan, masyarakat adat, hingga kelautan. Di dalam film yang dibuatnya, banyak scene yang mereka ambil dari kawasan hutan. Mereka percaya bahwa dunia perfilman juga membantu penonton untuk meresapi keindahan alam dan seluruh aktivitasnya, secara tidak langsung juga melahirkan rasa penasaran dan kecintaan yang lebih pada alam.

Bagi teman-teman di wilayah urban yang juga ingin turut menjaga hutan, ASRI memberikan Tips 3B, yakni (1) Belajar: Hutan di Indonesia, (2) Bicarakan: Ajari orang yang belum tahu, dan (3) Bantu: Bisa berupa donasi atau bantuan yang lain.

Karena, jika bumi kita tidak sehat, maka manusia juga pasti akan tidak sehat. Menjaga (hutan) yang sudah ada lebih baik daripada merestorasi yang sudah rusak, karena akan jauh lebih sulit.


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *