Tunjuk Langit

Dipublikasikan oleh admin pada

Oleh : Melynda Dwi Puspita

Matahari masih malu-malu menampakkan dirinya di ufuk timur. Kakek telah bersiap-siap dengan menenteng sebuah celurit dan karung untuk pergi ke hutan. Tak ketinggalan Wana, cucu kakek satu-satunya mengekor dibelakangnya, mereka begitu bersemangat melewati rimbunnya pepohonan yang menjulang tinggi.

Kita mau ngapain ke hutan, Kek?”, tanya Wana dengan napas tersengal-sengal mengimbangi langkah kaki Kakek.

Kita mau mencari Tunjuk Langit, obat asam urat untuk Nenek”, jawab Kakek tanpa menolehkan badannya sedikitpun.

Ha? Tunjuk Langit? Apa itu Kek? Pohon? Tapi kok gak bawa gergaji?”, sambung Wana kebingungan.

Bukan, itu tanaman liar semacam rerumputan”, balas Kakek singkat.

Bola mata Kakek membesar ketika pandangannya tertuju pada sekumpulan dedaunan yang ada sekitar 10 meter di depan. Kakek mempercepat jalannya menuju tanaman itu. Ia potong beberapa helai daun dengan celurit yang sedari tadi di genggam oleh tangan kanannya.

Ini namanya Tunjuk Langit”, Kakek sembari mengangkat tangannya tinggi-tinggi.

Oh, cuma daun kayak gitu, Kek”, Wana berusaha menimpali.

Eh, jangan salah. Tanaman ini banyak manfaatnya, selain untuk asam urat, bisa untuk kanker, radang dan masih banyak lagi”, balas Kakek penuh semangat.

Wah, aku baru tahu, Kek. Aku kira di hutan cuma ada pohon yang dimanfaatkan kayunya”, jawab Wana keheranan.

Tidak, hutan tidak hanya menghasilkan kayu. Tetapi ada juga Hasil Hutan Bukan Kayu, seperti biji-bijian, tanaman obat, madu dan masih banyak lagi”, sambung Kakek penuh antusias.

Wana menggerutu dan tenggelam dalam pikirannya sendiri. Ia baru tahu jika hutan menghasilkan banyak sumberdaya yang berharga. Ia jadi teringat akan ucapan sang ayah, bahwa nama ‘Wana’ berarti hutan. Wana berharap kelak ia akan bermanfaat bagi orang-orang disekitarnya seperti layaknya hutan. 

Wana tidak tersadar bahwa ia yang telah lama asyik dengan lamunannya. Begitu banyak semut yang menguasai kedua kakinya, yang hanya beralas sandal tipis berwarna hijau. Seketika Wana menjerit seperti kesetanan sembari berusaha mengusir semut yang tak berizin. Kakek hanya tertawa terbahak-bahak melihat tingkah cucunya.

Editor : Andrian Pramana


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *